Saya terbangun dalam kondisi yang cukup mengantuk, alhamdulillah masih tepat waktu. Kantuk ini akibat kesulitan tidur saya semalam, jadi saya mencoba menonton pertandingan antara Bristol City menghadapi Aston Villa. Sebenarnya hampir tidak ada yang saya tonton kecuali bagian goal dari Bertrand Traore karena koneksi internet dan server yang tiba-tiba menunjukkan data covid-19. Begitu mengganggu memang si covid ini. Semalam saya tidak mengambil air, memang saya tidak berencana dan hanya menginginkan saja. Mengambil airpun dapat dikatakan menjadi hal yang sulit semalam karena ternyata Ibu kos masih terbangun hingga pukul setengah satu malam dan memasak di dapur. Akhirnya hal tersebut semakin memupuskan harapan untuk mengambil air. Temperatur ruangan semalam cukup menggerahkan, hal tersebut mungkin menjadi salah satu pemicu sulit tidur yang saya alami. Akhirnya saya memutuskan untuk menyalakan kipas angis, walaupun benda tersebut tak memiliki kipas namun tetap disebut demikian. Suara benda tersebut cukup keras, saya kurang tau mengapa ia bekerja demikian padahal biasanya hanya di awal saja ia bersuara keras. Saya mungkin tertidur sekitar pukul dua, saya tidak mengetahui kepastiannya karena tidak melihat jam seketika saat tertidur. Setelah terbangun, walau dalam kondisi yang mengantuk yang cukup berat saya harus tetap melakukan aktivitas kehidupan. Setelah selesai melaksanakan aktivitas tersebut, sayapun langsung kembali ke pos kasur utama. Saya mencoba bermain hape namun mata saya tidak kuat menahan kantuk. Karena hari ini hari jumat, sebaiknya saya menghapus kantuk ini agar tidak tertidur di masjid. Sayapun tertidur lagi di pagi hari, lagi dan lagi melakukan kegiatan yang tidak baik ini.

Saya terbangun dimana waktu masih menyisakan sekitar satu jam 40 menitan sebelum matahari tergelincir. Sayapun mengumpulkan kesadaran dan bergegas menuju toilet. Sekembali dari toilet, saya memakan jeruk dan saya berencana memotong kuku. Akhirnya saya memutuskan mencari pemotong kuku saya yang saya tidak tau meletakkannya di mana. Saat mencari pemotong kuku, sayapun melihat roti yang saya beli dua hari lalu. Alhamdulillah jadi tidak terbuang busuk dan akhirnya ada makanan untuk sarapan siang. Saya melihat roti tersebut walaupun sudah datang semut beberapa ekor tapi belum ada jamur, maka aman dan sayapun memakannya. Sebenarnya saya ingin sarapan dulu di warung belakang kos sebelum jumatan, tapi karena sudah makan roti saya rasa cukup untuk mengganjal sementara waktu. Akan tetapi, hal yang utama dicari yaitu pemotong kuku tidak ditemukan. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli pemotong kuku baru sekalian saya membeli sabun. Saya membelinya di sebuah toko kelontong dekat kos. Saya mengira yang menjaga adalah Ibu pemilik toko saya sudah berucap saat itu “bu beli sabun nuvo”, tapi ternyata yang menjaga Bapaknya. Dan Bapaknya ini adalah pria yang kemarin kepalanya menjadi tempat mendarat bokong saya. Saya kurang tau apakah memang perilaku Bapaknya biasanya demikian atau karena masalah kemarin beliau tidak begitu responsif pada saya. Akhirnya setelah mendapatkan barang yang dicari saya langsung kembali ke kamar dan dilanjutkan dengan memotong kuku kemudian mandi. Setelah selesai mandi, saya menunggu beberapa menit sebelum bersiap-siap karena tetangga saya barusan sudah keluar menuju masjid sepertinya. Saya tidak ingin jika keluar langsung nanti dikira ingin menumpang. Setelah beberapa menit, ternyata sudah ada masjid yang adzan, sayapun bergegas keluar dan ternyata beliau masih belum berangkat dan sedang memanaskan motornya di depan gang. Beliau menunggu saya, beliau begitu baik kepada saya yang belum baik.

Setelah sholat jumat selesai, beliau kemudian mengajak saya pergi makan. Karena sudah lama tidak memakan mi ayam maka saya putuskan untuk makan di sana walaupun terdapat banyak pertanyaan dari beliau untuk pergi makan ke mana. Memang keputusannya tidak secara langsung karena dimulai dengan beberapa opsi dari beliau. Sebenarnya saya sungkan memutuskan jika beliau tidak ingin memakan apa yang saya inginkan. Sesampainya di lokasi mi ayam, kamipun memesan mi ayam bakso dengan es jeruk. Es jerukpun segera datang dengan gaya biasa dimana gulanya tidak dilarutkan terlebih dahulu. Saya memang bingung dengan beberapa para pedagang es jeruk dan teh di sini. Kemudian mi ayampun datang, Bapaknya bertanya “kale?” Sayapun mengangguk. Ternyata ia lupa menambahkan bakso. Yah tak mengapalah nanti saya makan telur saja. Dan sayapun mulai memakannya kemudian dipertengahan akhir saya menambahkan telur sebagai pelengkap protein. Saya menyelesaikan makan saya sangat lambat dibandingkan teman saya makan. Dia sudah selesai sedangkan saya masih setengah. Setelah selesai, kamipun menunggu makanan turun. Walaupun waktu tunggu kami berbeda. Saat menunggu, saya hanya terduduk diam saja sedangkan beliau bermain hape, suatu tindakan yang baik jika untuk membunuh waktu karena akan terasa lebih cepat. Setelah menunggu, saya membayar makanan saya, mi ayam ditambah telur dan es jeruk seharga Rp. 11.000. Setelah membayar, kamipun langsung kembali ke kos. Di jalan, kami berhenti sejenak karena beliau ingin membeli buah. Saat itu saya melihat pedagang tersebut menyediakan jambu. Sayapun menanyakan harga jambu, kemudian ibunya menjawab 8.000. Saya tidak membawa uang lebih jadi hanya ingin mengetahui saja. Setelah teman saya selesai membeli, kamipun melanjutkan perjalanan pulang. Setelah sampai, kamipun kembali ke kamar masing-masing. Kebahagiaan kecil tersebut telah usai dan kehidupan normal telah kembali.

Sayapun kembali ke pos utama kasur saya. Saya sebenarnya ingin melanjutkan pekerjaan saya di LMMS, namun pendengaran saya saat itu sedang mengalami masalah. Telinga kanan saya tidak dapat mendengar dengan baik. Jadi saya rasa tidak mungkin dapat menyusun beberapa susunan suara dengan baik. Maka sayapun berbaring terlebih dahulu sembari menunggu telinga saya dalam kondisi yang stabil. Namun yang cukup disayangkan adalah koneksi internet wi-fi kos tidak dapat digunakan. Koneksinya tidak terdapat internet di dalamnya. Jadi kegiatan berbaring saya akan begitu terbatas. Sepertinya telinga saya sudah cukup stabil maka saya membuka LMMS, saya melanjutkan pekerjaan saya yang kemarin. Tidak ada begitu kemajuan yang saya buat, hanya membuat beberapa beat namun lagu belum selesai. Saya akhirnya berbaring lagi hingga waktu sore tiba. Beberapa aktivitas kecil sore hari di luar ruanganpun saya laksanakan hingga saya kembali ke kamar saya. Di kamar saya kembali berbaring dengan berbagai kehampaan karena wi-fi yang tidak berfungsi. Saya masih dapat mengakses internet secara terbatas dengan data seluler yang ada. Hingga datang sebuah pesan di sebuah grup yang dimana saya biasanya mengirim pesan. Saya memiliki beberapa grup di aplikasi whatsapp, mungkin jumlahnya cukup sedikit dibandingkan orang lain, namun saya sangat jarang ikut berpartisipasi di dalamnya. Di grup yang saya sering mengirim pesan ini malah kadang hanya saya yang mengirim pesan tanpa pernah ada respon dari anggota lainnya. Kembali kepada pesan tersebut, pria ini mengirimkan sebuah tautan video dan sebuah meme, sebenarnya ia mengirimnya siang tadi. Akan tetapi dengan keterbatasan koneksi, saya tidak mengetahui video itu isinya apa. Saya tidak begitu peduli sebelumnya namun saat sore hari tersebut, anggota lain memberi respon yang membuat saya penasaran. Sayapun bertanya “Apa emang itu? Wi-fi lagi mati, huehehe”. Kemudian belum ada respon. Saya masih berbaring dan dapat dikatakan tidak melakukan apapun selain menonton sebuah video yang sudah tersimpan di hape. Entah mengapa rasa kantuk saya semakin berat dan akhirnya saya putuskan untuk tidur. Saya tertidur hampir setengah jam. Setelah terbangun, saya melihat balasan di grup tersebut. Namun bukan jawaban untuk pertanyaan yang saya ajukan, malah beliau lebih fokus pada keberadaan wi-fi di kos saya. Walaupun niatnya main-main, namun menurut saya seperti suatu bentuk penghinaan pada saya dan tempat tinggal saya. Sayapun mengirim pesan “?” di grup itu. Kemudian saya membuat status yang privasinya saya khususkan kepadanya. Saya mengungkapkan bagaimana perasaan saya di sana. Saya sebenarnya sering membuat status khusus kepadanya dan beberapa orang, namun biasanya jarang direspon. Saya biasanya langsung menghapus story tersebut jika ia sudah melihatnya. Namun story yang saya kirim tersebut ternyata cepat ia respon. Ia mungkin merasa bahwa dia menjadi objek dalam story itu. Ia meminta maaf walaupun tidak begitu serius seperti biasanya kami saling meminta maaf. Sayapun merasa cukup puas setidaknya perasaan saya tersampaikan. Tak sadar, wi-fipun sudah kembali berfungsi. Dan ternyata matahari sudah terbenam saja, sayapun harus segera bergegas. Saya tidak mandi sore karena siang tadi sudah.

Saat ingin turun, Ibu dan Bapak kos sedang berbincang-bincang di tempat biasa mereka berbincang-bincang. Dengan keberadaan mereka membuat saya begitu canggung karena belum membayar biaya sewa. Akhirnya saya turun sedikit terlambat setelah Ibu kos tidak duduk bersama Bapak kos. Kemudian saya dapati masjid telah penuh dan akhirnya harus berada di luar. Berada di luar berarti membutuhkan pendengaran yang baik untuk mengetahui pergerakan. Namun, kondisi pendengaran saya saat itu sedang kurang baik karena selepas tidur telinga kanan saya terasa tertutup seperti biasanya. Akhirnya saya hanya menduga-duga saja saat bagian sujud, duduk diantara dua sujud, dan tahiyat. Untung saya tidak mendahului imam dan tidak begitu terlambat. Setelah berakhir, langit di luar terlihat jelas berubah dari berwarna biru yang cerah menjadi biru yang gelap, saya kurang tau istilah-istilah untuk warna selain warna-warna dasar. Di situ saya berfikir apakah mungkin saat pembuat lagu bintang kecil di langit yang biru tersebut mendapatkan inspirasi membuat lagu di waktu seperti ini, karena memang langit tidak berwarna hitam di saat itu dan beberapa bintangpun terlihat. Walaupun tidak amat banyak yang dapat saya lihat, mungkin memang kondisi atmosfer di sini yang tidak begitu bersih karena saat langit sudah sepenuhnya hitampun jumlah bintang tetap sedikit. Ditambah kondisi langit yang sedikit berawan menghalangi pesona bintang yang ingin bercahaya kepada para pemerhatinya. Setelah itu saya tersadar bahwa saya ingin makan malam, saya akhirnya berangkat ke tempat makan malam biasa. Saya mengambil rute yang berbeda dari biasanya agar lebih jauh dan perjalanan lebih lama. Hal ini saya lakukan agar saat saya sampai gerbang warung sudah terbuka. Biasanya di waktu-waktu demikian mereka belum membuka gerbang sehingga saya harus mencari cara agar tidak terlihat menunggu saat sudah sampai di depan gerbang mereka. Di rute yang berbeda dari biasanya, beberapa masyarakat masih cukup banyak yang beraktivitas di pinggir jalan depan rumah mereka. Saya cukup cemas awalnya karena saya sebagai orang asing dengan berpakaian yang tidak biasa-biasa berjalan di lingkungan mereka, saya khawatir mereka berpikir terkait betapa bodohnya orang ini. Akhirnya saya bisa melewati rute tersebut dalam kondisi masih bernafas. Dan alhamdulillah gerbang sudah terbuka. Sayapun langsung memesan makanan yang tidak biasa saya pesan. Sebenarnya saya pernah memesannya beberapa hari lalu, namun bahannya telah habis terlebih dahulu. Saat itu Bapak pemilik warunglah yang melayani. Walau sedikit canggung, tapi setidaknya saya bisa lebih berekspresi kepada Bapak ini. Saya menunggu dengan membaca beberapa judul artikel koran dan beberapa baris dari isinya. Beberapa cukup menarik namun saya sedikit malas membaca secara keseluruhan. Yang menjadi headline berita tersebut adalah harta calon bupati dengan judul paling kaya dan “termiskin”, begitulah judul tersebut dibuat. Akhirnya makanan saya datang dan saya langsung memakannya. Saat sedang makan, datanglah pelanggan lain. Bapaknya cukup bersahabat kepadanya saat ia memesan ayam bakar tidak pakai sambal, tidak pakai timun. Bapaknyapun bercanda “tidak pakai sambal, tidak pakai timun, tidak pakai nasi” kemudian terdapat tertawa kecil yang mungkin juga tertawa yang canggung walaupun saya kurang tau. Saat itu Bapaknya bertukar kerja dengan Ibunya sehingga sayapun harus membayar kepada Ibunya jika hal ini terus berlanjut. Sayapun menyelesaikan makanan saya dan kemudian menunggu. Saya menunggu sambil membaca berita tentang resesi yang mungkin akan dihadapi Indonesia. Saya tidak berkomentar tentang hal ini. Saya hanya membaca sepertiga dari isi berita yang ada. Kemudian sayapun membayar kepada Ibu pemilik warung. Ibunya bertanya “tadi makan apa? Geprek a?” Saat itu tiba-tiba saya lupa dengan apa nama menu yang barusan saya beli. Sayapun menjawab “nggak” sembari melihat nama-nama di daftar menu. Akhirnya saya mengingatnya. Dan sayapun membayar dengan uang pas. Biasanya Ibunya yang berterimakasih, namun tadi saya yang berterimakasih terlebih dahulu. Sayapun segera bergegas kembali ke kamar. Sesampainya di kamar, ternyata masih menyisakan beberapa menit lagi sebelum kegiatan selanjutnya. Sayapun menunggu seperti biasa hingga waktu tiba. Saya turun dengan sedikit lembut karena Ibu kos saat itu sedang membersihkan dapur. Setelah kegiatan selesai, saya kembali menuju kamar. Ibu kos ternyata masih membersihkan dapur. Saat posisi kembali, saya bisa terlihat lebih natural untuk tidak berkomunikasi daripada saat turun. Sayapun bergegas naik dan masuk ke kamar. Sebenarnya ada beberapa pemikiran saya terkait penduduk-penduduk kos lain, namun mungkin saya akan membahasnya di tulisan lainnya jika ingat dan berkesempatan.

Setelah di dalam kamar, sayapun berencana hanya akan berbaring saja sembari melanjutkan tontonan video tadi sore. Saya sebenarnya tidak begitu menikmati tontonan dengan kondisi telinga saat ini. Namun saya harus bersabar. Tak lupa pula sayapun ingin mengambil air, semoga ada kemudahan. Namun saya teringat dengan keinginan saya sejak beberapa hari belakangan untuk mencoba kebab di pinggir jalan dekat kos. Sayapun memutuskan untuk pergi membelinya. Saat sudah sampai lokasi saya menemukan tempat tersebut cukup banyak orang, walaupun tidak lebih dari sepuluh orang. Di sana ternyata ada pedagang nasi goreng saat malam, saya hampir menuju ke lapak nasi goreng itu karena mengira itu lapak kebab. Saya melihat lapak kebab tersebut sedang tidak beroperasi sedangkan ada orang berdiri seperti menunggu di sekitarnya. Saya khawatir jika ternyata mereka sudah habis dan saat saya berbicara hanya mendapatkan malu. Jadi saya berpura-pura melanjutkan perjalanan saya ke jalan besar dan akhirnya saya menunggu di depan toko-toko yang sudah tutup di pertigaan lampu merah yang masih cukup ramai. Karena cukup ramai, suara kendaraan mengisi hampir setiap ruang hingga suara saya mungkin tidak terdengar jika di luar radius dua meter. Akhirnya saya memutuskan untuk bernyanyi karena ini kesempatan yang jarang saya dapatkan. Akhirnya saya bisa bernyanyi tanpa perlu menahan suara saya, tanpa ada kekhawatiran mengganggu dan memalukan diri sendiri. Setelah beberapa menit saya melihat di google maps hingga pukul berapa kebab buka, ternyata masih lama. Saya akhirnya memutuskan untuk kembali mencoba. Suasana sudah mulai lebih sepi, para pedagang tidak ada yang sedang melayani pelanggan. Akhirnya sayapun mendekati gerobak kebab dan direspon dengan cukup bersemangat oleh pemuda kebab tersebut. Saya mengatakan “kebabnya satu” dengan agak kurang jelas, namun beliau menangkap kata-kata saya. Namun kebab yang dijual ada beberapa jenis maka ia menanyakan kebab apa dengan menunjuk menu yang terpampang di gerobak. Saya sedikit bingung sebenarnya mau membeli apa dan ditambah saya yang kurang tenang membuat saya memilih secara sembarang. Saya memilih kebab besar ditambah telur. Akhirnya ia mulai bekerja. Saat di awal ia banyak meminta izin untuk sedikit banyak pergi untuk mengambil bahan kemudian gas, saya hanya merespon mengangguk karena tidak begitu memikirkan terkait waktu. Setelah mengumpulkan seluruh yang dibutuhkan, ia langsung bekerja. Saya tidak begitu memperhatikan pekerjaannya saat itu karena bermain hape. Dan akhirnya kebab tersebut jadi, saya kemudian membayar dan langsung bergegas kembali ke kamar. Di kamar, saya langsung memakannya. Saya cukup puas dengan isian dan rasanya.

Saya memang jarang mengeluh dengan makanan yang saya beli kecuali jika makanan berat namun begitu manis seperti kue saja. Saya menyelesaikan makan kebab tersebut kurang dari lima menit. Itu membuat saya sedikit ragu jika satu kebab apakah cukup untuk menjadi makanan utama? Mungkin perlu dua hingga tiga untuk saya, hehe. Namun saya begitu kekurangan air walaupun untungnya sisa yang ada cukup untuk minum saat ini. Saya berharap lagi semoga saya biaa mengambil air dengan mudah, hehe. Sayapun kembali bermalas-malasan di kamar sembari memikirkan terkait air. Saya cukup menikmati beberapa kebahagiaan kecil yang terjadi hari ini.